(Laporan
Akhir Praktikum Biologi Tanah dan Kesehatan Tanah)
PROGAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu faktor penentu subur tidaknya suatu tanah adalahbbesarnya
populasi mikroorganisme dalam tanah tersebut.
Semakin banyak mikroorganisme tanah yang terkandung, maka semakin subur
tanah tersebut. Hal ini dikarenakan
bahan organic yang terdapat dalam tanah hanya dapat didekomposisikan
oleh mikroorganisme-mikroorganisme tersebut yang nantinya akan menyumbangkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman serta memperbaiki keadaan tanah. Salah satu cara untuk dapat menghitung populasi dari mikroorganisme tanah tersebut adalah dengan mengukur respirasi tanahnya yang diasumsikan bahwa ketika semakin besar respirasi tanahnya maka jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam tanah tersebut pun semakin besar.
oleh mikroorganisme-mikroorganisme tersebut yang nantinya akan menyumbangkan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman serta memperbaiki keadaan tanah. Salah satu cara untuk dapat menghitung populasi dari mikroorganisme tanah tersebut adalah dengan mengukur respirasi tanahnya yang diasumsikan bahwa ketika semakin besar respirasi tanahnya maka jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam tanah tersebut pun semakin besar.
Respirasi tanah merupakan pencerminan aktivitas mikroorganisme
tanah. Pengukuran respirasi
(mikroorganisme tanah) merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk
menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Salah satu cara untuk mempelajari aktivitas semua
mikroorganisme dalam tanah adalah dengan menghitung jumlah organism tanah dan
karbondioksida yang dilepaskan oleh organisme tanah selama waktu tertentu. Sedangkan penetapan respirasi tanah adalah
berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme
tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah (Anonimb,2011).
Pengukuran respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah
yang berkaitan dengan aktivitas mikroba seperti
1. Kandungan
bahan organik
2. Transformasi
N atau P
3. Hasil
antara
4. pH
5. Rata-rata
jumlah mikroorganisme (Anonima,2009)
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah untuk
1. Mengetahui
jumlah O2 yang dihasilkan mikroorganisme tanah
2. Mengetahui
jumlah CO2 yang dikeluarkan mikroorganisme tanah
3. Menetahui
tingkat respirasi setiap sampel tanah
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Respirasi tanah merupakan pencerminan populasi dan aktifitas mikroba
tanah. Pengukuran respirasi (mikroba
tanah) merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat
aktivitas mikroba tanah. Penetapan
respirasi tanah didasarkan pada :
1. Penetapan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroba tanah.
2. Jumlah
O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
Respirasi mikroba tanah sangat kompleks, banyak metode yang telah
diusulkan untuk menangkap gas yang dihasilkan dan menganalisisnya sesuai dengan
tujuan dan lingkungan peneliti, bisa dikatakan tidak ada metode yang sepenuhnya
memuaskan. Oleh karena itu, para
peneliti diharapkan dapat memilih metode yang paling tepat. Adapun cara penetapan tanah di laboratorium
lebih disukai. Prosedur di laboratorium
meliputi penetapan pemakaian O2 atau jumlah CO2 yang
dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan yang diatur
di laboratorium. Dua macam inkubasi di
laboratorium adalah :
1. Inkubasi
dalam keadaan yang stabil (steady-stato)
2. Keadaan
yang berfluktuasi
Untuk keadaan yang stabil, kadar air, temperatur, kecepatan, aerasi, dan
pengaturan ruangan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Peningkatan respirasi terjadi bila ada
pembasahan dan pengeringan, fluktuasi aerasi tanah selama inkubasi. Oleh karena itu, peningkatan respirasi dapat
disebabkan oleh perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini bisa tidak mencerminkan keadaan
aktivitas mikroba dalam keadaan lapang, cara steady-stato telah digunakan untuk
mempelajari dekomposisi bahan organik, dalam penelitian potensi aktivitas
mikroba dalam tanah dan dalam perekembangan penelitian.(Iswandi A. 1989).
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya
kehidupan mikrobia yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam
suatu masa tanah. Mikrobia dalam setiap
aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang
dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi maksimum terjadi setelah
beberapa hari atau beberapa minggu populasi maksimum mikrobia dalam tanah, karena
banyaknya populasi mikrobia mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2
yang dibutuhkan mikrobia. Oleh karena
itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia
daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikrobia tanah (anonimd,2010).
Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri
maupun cendawan. Interaksi antara
mikroba dengan lingkungan fisik di sekitarnya mempengaruhi kemampuannya dalam
respirasi, tumbuh, dan membelah. Salah
satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan tanah yang berkaitan
erat dengan respirasi tanah (Cook & Orchard 2008).
Respirasi tanah merupakan salah satu hal yang penting yang berkaitan
dengan perubahan iklim dan pemanasan global di masa depan. Respirasi tanah yang berkaitan dengan suhu
tanah digunakan sebagai salah satu kunci karakteristik tanah atau bahan organik
dan bertanggung jawab dalam pemanasan global
(Subke & Bahn 2010)
III.
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah toples
plastik, 2 buah tempat rol film, timbangan, selotipe, serta tempat titrasi.
Sedangkan bahan-bahan yang diperlukan untuk praktikum adalah 100 gram
tanah lembab, KOH, akuades, penolptalin, HCl, dan metil orange.
3.2 Langkah Kerja
Langkah kerja yang dilakukan selama praktikum ini adalah
1. Dimasukkan
100 gram sampel tanah ke dalam toples plastik
2. Dimasukkan
5,0 ml 0,2 N KOH dan 10 ml aquades ke dalam masing-masing tempat rol film
3. Dimasukkan
2 tempat rol film ke dalam toples plastik yang berisi tanah
4. Ditutup
botol sampai kedap udara
5. Diinkubasi
botol pada temperatur kamar selama satu minggu
6. Dimasukkan
indikator pp ke dalam gelas beker yang berisi KOH, dititrasi hingga warna merah
hilang
7. Ditambahkan
2 tetes metil orange
8. Dibuat
kontrol/blanko
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Respirasi Tanah
Kelompok
|
Lokasi
Pengambilan
|
Jumlah
CO2 yang dihasilkan
(mg/hari/100
g)
|
1.
|
Tanah Hutan
|
20,5714
|
2.
|
Tanah Alang-alang
|
20,5714
|
3.
|
Kebun Semusim
|
18,5142
|
4.
|
Tanah Tercemar
|
17,14
|
5.
|
Tanah Urukan
|
15,42
|
6.
|
Tanah Perkebunan
|
15,42
|
7.
|
Tanah Tumpukan Sampah
|
10,28
|
8.
|
Tanah Hutan Danau
|
12
|
Tabel hasil pengamatan di atas diperoleh berdasarkan perhitungan tingkat
respirasi yang terjadi pada sampel tanah yang berbeda-beda sesuai dengan
perlakuan masing-masing kelompok. Sampel
tanah yang digunakan pada kelompok 1 berasal dari tanah hutan, kelompok 2
berasal dari tanah alang-alang, kelompok 3 berasal dari kebun semusim, kelompok
4 berasal dari tanah tercemar, kelompok 5 berasal dari tanah urukan, kelompok 6
berasal dari tanah perkebunan, kelompok 7 berasal dari tanah tumpukan sampah,
serta kelompok 8 berasal dari tanah hutan danau.
Hasil percobaan diperoleh dengan melakukan percobaan sederhana. Tanah sampel dari masing-masing kelompok
tersebut dimasukkan ke dalam toples kemudian dimasukkan pula tabung kecil yang
berisi akuades yang diletakkan disisi toples serta tabung berisi KOH pada sisi
toples lainnya. Toples kemudian ditutup
dan tanah diinkubasi selama 1 minggu.
Prinsip kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan menetapkan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah sehingga
nantinya akan diketahui besarnya respirasi yang terjadi dan secara tidak
langsung juga akan menentukan seberapa banyak mikroorganisme yang ada di sampel
tanah tersebut.
Akuades yang diletakkan di dalam toples berfungsi untuk menyuplai oksigen
yang akan digunakan mikroorganisme yang ada di dalam sampel tanah tersebut
untuk berespirasi. Hasil respirasi yang
ada yaitu berupa karbondioksida akan diikat oleh KOH yang juga diletakkan di
dalam toples. Larutan KOH inilah yang
nantinya akan dititrasi untuk dapat mengetahui jumlah CO2 yang
diikat di dalamnya (jumlah CO2 yang dilepas mikroorganisme).
Proses titrasi yang dilakukan pada larutan KOH tersebut berlangsung
selama 2 tahap. Proses pertama yaitu
mentitrasi larutan KOH menggunakan indikator penolptalein. Indikator ini digunakan karena larutan
bersifat asam. Reaksi kimia yang
berlangsung adalah :
K2CO3 + HCl KCl + KHCO3
Reaksi tersebut menunjukkan adanya pengikatan antara hidrogen dengan K2CO3
menjadi senyawa yang lebih kompleks.
Pada tahap ini kita belum dapat mengetahui jumlah CO2 yang
terkandung di dalam larutan tersebut sehingga dilanjutkan dengan titrasi
berikutnya yaitu menggunakan indikator metil orange sebagai indikator kelebihan
basa. Reaksi kimia yang berlangsung
yaitu :
KHCO3 + HCl KCl + H2O + CO2
Pada reaksi diatas dapat diketahui hasilnya yaitu terjadi proses
penguraian menjadi KCl, H2O, dan CO2 sehingga jumlah dari
CO2 yang sudah terlepas tersebut dapat diketahui yaitu berdasarkan
volume dari HCl yang dibutuhkan selama proses titrasi kedua dan memasukkannya
ke dalam rumus perhitungan. Sebelum itu,
dicari juga volume titrasi blanko terlebih dahulu.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan CO2 yang
paling besar berasal dari dua sampel tanah yaitu dengan perlakuan pada tanah
hutan dan tanah alang-alang, serta hasil terendah diperoleh pada sampel tanah
ke-7 yang berasal dari tanah tumpukan sampah.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat respirasi yang paling tinggi yang juga
menunjukkan jumlah mikroorganisme yang paling banyak terdapat tanah dari hutan
dan dari lahan alang-alang.
Pada sampel tanah dari hutan dan dari lahan alang-alang diperoleh jumlah
CO2 yang paling banyak dikarenakan tanahnya mengandung banyak bahan
organic dan zat makanan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi
mikroorganisme tanah. Kondisi
lingkungannya pun cocok untuk tempat tinggal mikroorganisme karena tanahnya
tertutupi serasah sehingga terlindungi dari panas matahari. Mikroorganisme tersebut akan tumbuh di bawah
serasah yang nantinya akan membantu dalam penghancuran serasah, penyedia unsur
hara untuk metabolisme serta pertumbuhan tanaman (anonimc,2011).
Sedangkan hasil yang paling rendah diperoleh dari tanah tumpukan
sampah. Hal ini dikarenakan banyak
terdapat sampah-sampah plastik yang susah terurai meskipun ada juga
sampah-sampah organik yang telah terdekomposisi.
Sampah-sampah plastik tersebut akan membuat suhu lapisan tanah menjadi
meningkat, sedangkan suhu tanah merupakan salah satu faktor fisik tanah yang
sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah (Suin,1997).
V.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan praktikum ini adalah
1. Salah
satu cara untuk mengetahui banyaknya mikroorganisme dalam tanah adalah dengan
mengukur banyaknya CO2 yang dikeluarkan oleh mikroorganisme tanah
2. Setelah
dilakukan titrasi sebanyak 2 tahap, kandunga CO2 yang terdapat pada larutan KOH
terurai/ terlepas sehingga dapat dilakukan perhitungan
3. Tingkar
respirasi yang paling tinggi terjadi pada sampel tanah dari hutan dan lahan
alang-alang karena terdapat banyak serasah sebagai sumber energi mikroorganisme
tanah
4. Tingkat
respirasi yang paling rendah terdapat pada sampel tanag dari tumpukan sampah
karena suhu permukaan tanah yang tinggi
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
a, 2009. http://Boymarpaung.wordpress.com/2009/02/19/
sifat. biologi. tanah/ diakses pada 6 Oktober 2012.
Anonim
b, 2011. http://Respository.unila.ac.id:8180/dispace/bitsream/.../2/
pendahuluan.docx. diakses pada 6 Oktober 2012.
Anonim
c, 2011. http://forestryinformation.wordpress.com/2011/06/30/biologi
tanah.hutan/ . diakses pada 20 Oktober 2012.
Anonimd,2010.
http://andibyan.blogspot.com/2010/06/analisa-berbagai-ekologi-tanah.html.
diakses pada 1 Desember 2012
Anas,
Iswandi. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB, Bogor
Cook
VJ, Orchard VA. 2008. Relationships between soil respiration and soil
moisture. Soil Biology & Biochemistry 40: 1013–1018.
Subke
JA, Bahn M. 2010. On the ‘temperature sensitivity’ of soil respiration: Can
we use the immeasurable to predict the unknown?. Soil Biology &
Biochemistry 42: 1653-1656.
Suin,
N.M.,1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.