GEJALA SERANGAN ATAU KERUSAKAN OLEH SERANGGA HAMA
(Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)
Oleh
Faqih Abdul Aziz
1014121022
LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman.
Dalam agro-ekosistem, tanaman yang kita usahakan dinamakan produsen, sedangkan herbivora yang makan tanaman dinamakan konsumen pertama, sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua. Herbivora yang berada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan. Ada herbivora yang keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya ditanaman tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivora tersebut belum berstatus hama.
Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle).
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle).
Setiap sisi sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka segitiga penyakit – dan jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. 1. Mengetahui ciri serangan hama pada tanaman.
2. Mengetahui dampak serangan hama terhadap pertumbuhan tanaman
3. 3. Mengenal beberapa gejala serangan yang diakibatkan oleh serangga hama
4. 4. Mengidentifikasi penyebab kerusakan dan menafsirkan intensitas serangan serangga hama
II. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel bagian tanaman terserang hama.
2.2. Cara Kerja
Cara kerja praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan beberapa daun dan bagian tanaman lain yang terlihat memiliki gejala terserang hama sebagai sampel praktikum
2. Memilih enam sampel berbeda untuk diamati
3. Mengamati gejala serangan hama serangga pada bagian tanaman yang telah dipilih
4. Mencatat hasil pengamatan terhadap sampel berupa nama serangga hama dan gejala yang tampak pada sampel dalam bentuk tabel
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Pengamatan
Table hasil pengamatan terhadap gejala serangan atau kerusakan oleh serangga hama:
No.
|
Nama tanaman
|
Gejala serangan/ bentuk kerusakan
|
Bag. tanaman yg sakit
|
Dampak kerusakan
|
Serangga
|
Tipe mulut
|
1.
|
Pisang
|
Daun menggulung
|
Daun
|
Terhambat/ terganggunya proses fotosintesis
|
Ulat penggulung daun
|
mandibulata
|
2.
|
Kopi
|
Buah berlubang
|
Buah
|
Terhambatnya kematangan buah
|
Penggerek buah kopi
|
Mandibulata
|
3.
|
Jambu air
|
Bagian tepi daun terdapat bekas gigitan
|
daun
|
Terhambatnya proses fotosintesis
|
Ulat
|
Mandibulata
|
4.
|
Kakao
|
Daun berlubang (sebelumnya permukaan daun berwarna putih)
|
Daun
|
Terhambat/ terganggunya proses fotosintesis
|
Kutu putih
|
mandibulata
|
5.
|
Alpukat
|
Terdapat bekas gigitan
|
Daun
|
Terhambat/ terganggunya proses fotosintesis
|
Ulat kenari
|
Mandibulata
|
6.
|
Tebu
|
Daun tampak menjadi terkoyak
|
Daun
|
Terhambat/ terganggunya proses fotosintesis
|
belalang
|
mandibulata
|
3.1. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mekanisme terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen dan hama. Pada tanaman kedelai salah satu penyakit yang timbul adalah bercak-bercak. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora sojina Hara yang juga disebut sebagai C. daizu Miura. C.sojina bertahan pada daun dan batang maupun biji. Hama pada tanaman kedelai yang mengakibatkan daun berlobang ini memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah, contohnya pada belalang. Konidium dipencarkan oleh angin, khusunya pada saat tanaman mulai masak. Gejala-gejala yang timbul pada tanaman yang sakit adalah terdapat bercak-bercak yang khas berwarna coklat muda atau kelabu pada daun, dengan tepi coklat ungu atau coklat kemerahan. Di sekitar bercak tedapat jaringan klorotik, dan terdapat juga lobang-lobang besar memanjang pada daun.
Hama yang terdapat pada tanaman padi adalah Walang sangit (Leptocorixa acuta) walang sangit sering sekali menjadi penyebab utama rusaknya bulir padi, sehingga bulir pada jadi hampa dan kempes. Walang sangit memiliki cirri-ciri yaitu : mempunyai dua pasang sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, memiliki tipe alat mulut menusuk mengisap, dan metamorfosisnya tidak sempurna. Penyebab kerusakannya adalah Leptocorixa acuta, aktifnya pagi hari, warna serangga hijau kekuning-kuningan sesuai dengan warna bulir padi yang disenanginya. Telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan daun, bentuknya seperti biji gulma. Gejala serangan : Butir padi stadium matang susu menjadi hampa atau setengah hampa karena cairannya dihisap oleh hama ini, terdapat lubang bekas tusukan berwarna abu-abu kekuning-kuningan. Kadang-kadang di sekeliling lubang berubah menjadi coklat karena adanya serangan cendawan Helmintosperium oryzae. Serangga ini berbau tidak enak bila dipegang.
Pada buah coklat hama yang menyebabkan terjadinya kerusakan adalah hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala serangan dengan cara membuat liang gerakan pada bagian yang diserang, larva memakan dan merusak jaringan keping batang sehingga bagian yang terserang tampak berwarna hitam/kecoklatan. Serangan yang berat mengakibatkan jaringan kulit terputus, batang menjadi layu dan mengering, karena akar tidak berfungsi normal untuk menghisap air dan unsure hara dari dalam tanah.
Pada buah coklat hama yang menyebabkan terjadinya kerusakan adalah hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala serangan dengan cara membuat liang gerakan pada bagian yang diserang, larva memakan dan merusak jaringan keping batang sehingga bagian yang terserang tampak berwarna hitam/kecoklatan. Serangan yang berat mengakibatkan jaringan kulit terputus, batang menjadi layu dan mengering, karena akar tidak berfungsi normal untuk menghisap air dan unsure hara dari dalam tanah.
Pada hama thrips dengan tipe alat mulut pemarur-penghisap, gejala serangan yang ditimbulkan yaitu Daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapat satu hamparan. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips. Pengendalian jenis serangga ini dengan memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman. Gunakan pengendalian dengan insektisida secara bijaksana.
Pada batang yang digerek oleh hama akan memiliki tanda pada daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang ubi ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Telur penggerek batang diletakkan pada permukaan atas maupun bawah daun. Biasanya dalam kumpulan yang terdiri dari 7 – 30 telur yang tersusun seperti genting, dalam 2 – 3 baris atau 3 – 5 baris. Larva yang baru menetas panjangnya + 2,5 mm, dan berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas juga semakin jelas. Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek. Apabila ruas terserang dibelah secara membujur, maka terlihat lorong-lorong gerek yang lebar dan jalannya tidak teratur. Pada satu ruas dapat ditemukan lebih dari satu ekor larva. Kepompong penggerek batang agak keras dan berwarna coklat kehitaman. Kepompong betina biasanya mempunyai badan lebih besar daripada yang jantan. Imago mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Abdomen imago betina biasanya juga lebih besar daripada yang jantan. Pengendalian penggerek batang pada ubi dapat dilakukan dengan cara yaitu:
1. Memilih bibit, bagal, rayungan yang bebas penggerek.
2. Menanam varietas tahan, yakni M 442-51, F 156, Nco 376, Ps 46, Ps 56 s/d 58, dan Ps 61.
3. Menjaga kebersihan kebun dari tanaman glagah dan rumput-rumputan.
4. Pergiliran tanaman (apabila dimungkinkan).
Puru akar/umbi (gall)
Ada dua teori mengenai terbentuknya puru akar:
1. Terjadi akibat bergabungnya beberapa sel menjadi satu, kemudian dindingnya larut.
2. Terjadi sebagai akibat adanya pembelahan sel yang giat tetapi tidak diikuti oleh terbentuknya dinding pemisah, sehingga dalam satu sel .
Pada tanaman yang kita teliti dari praktikum ini yaitu:
Tanaman kentang yang mengalami puru pada umbi dengan adanya bintil-bintil yang timbul di permukaan umbi kentang, dan tanaman yang mengalami puru pada akar dengan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar tanaman.
Puru akar (root knot) akibat adanya nematoda endoparasit yg masuk ke dalam akar tanaman, sehingga akar bereaksi membentuk puru/gall (Meloidogyne sp.). Tumbuhan yg terinfeksi nematoda puru akar, luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak, busuk akar, diikuti gejala tanpa ciri-ciri khas di atas permukaan tanah. Efek infeksi nematoda yg paling menonjol mengurangi pertumbuhan. Tanda utama serangan nematoda adanya tanaman dg pertumbuhan jelek pd tempat tertentu di antara tanaman yg sehat.
1. Memilih bibit, bagal, rayungan yang bebas penggerek.
2. Menanam varietas tahan, yakni M 442-51, F 156, Nco 376, Ps 46, Ps 56 s/d 58, dan Ps 61.
3. Menjaga kebersihan kebun dari tanaman glagah dan rumput-rumputan.
4. Pergiliran tanaman (apabila dimungkinkan).
Puru akar/umbi (gall)
Ada dua teori mengenai terbentuknya puru akar:
1. Terjadi akibat bergabungnya beberapa sel menjadi satu, kemudian dindingnya larut.
2. Terjadi sebagai akibat adanya pembelahan sel yang giat tetapi tidak diikuti oleh terbentuknya dinding pemisah, sehingga dalam satu sel .
Pada tanaman yang kita teliti dari praktikum ini yaitu:
Tanaman kentang yang mengalami puru pada umbi dengan adanya bintil-bintil yang timbul di permukaan umbi kentang, dan tanaman yang mengalami puru pada akar dengan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar tanaman.
Puru akar (root knot) akibat adanya nematoda endoparasit yg masuk ke dalam akar tanaman, sehingga akar bereaksi membentuk puru/gall (Meloidogyne sp.). Tumbuhan yg terinfeksi nematoda puru akar, luka akar, akar bercabang lebih lebat, ujung akar rusak, busuk akar, diikuti gejala tanpa ciri-ciri khas di atas permukaan tanah. Efek infeksi nematoda yg paling menonjol mengurangi pertumbuhan. Tanda utama serangan nematoda adanya tanaman dg pertumbuhan jelek pd tempat tertentu di antara tanaman yg sehat.
Pengendalian Nematoda Parasitik Tumbuhan
A. Sanitasi:
1. Karantina tanaman mencegah penyebaran nematoda ke tanaman/daerah lain.
2. Disinfeksi tanaman mencelupkan bibit tanaman ke dalam air panas yg mengandung nematisida.
3. Mencegah penyebaran nematoda oleh air irigasi menahan air yg mengandung/tertular nematoda di dalam bak penampungan sampai nematoda mengendap.
B. Kultur Teknis:
1. Pergiliran tanaman ketidaksesuaian nematoda dg tanaman inang
2. Pemberoan
3. Penggenangan
4. Pengaturan waktu tanam
5. Penanaman tanaman perangkap
6. Penanaman tanaman tahan nematoda
7. Penggunaan bibit bebas nematoda
C. Fisik:
1. Pembakaran
2. Penguapan panas
3. Pencelupan ke dalam air panas
D. Hayati:
1. Parasit Artrobotrys oligospora, Meria conoispora, Bacillus penetrans
2. . Predator Mononchus sp.
3. Tanaman yg mengeluarkan zat nematisidal Tagetes sp., Crotalaria sp., Asparagus sp.
A. Sanitasi:
1. Karantina tanaman mencegah penyebaran nematoda ke tanaman/daerah lain.
2. Disinfeksi tanaman mencelupkan bibit tanaman ke dalam air panas yg mengandung nematisida.
3. Mencegah penyebaran nematoda oleh air irigasi menahan air yg mengandung/tertular nematoda di dalam bak penampungan sampai nematoda mengendap.
B. Kultur Teknis:
1. Pergiliran tanaman ketidaksesuaian nematoda dg tanaman inang
2. Pemberoan
3. Penggenangan
4. Pengaturan waktu tanam
5. Penanaman tanaman perangkap
6. Penanaman tanaman tahan nematoda
7. Penggunaan bibit bebas nematoda
C. Fisik:
1. Pembakaran
2. Penguapan panas
3. Pencelupan ke dalam air panas
D. Hayati:
1. Parasit Artrobotrys oligospora, Meria conoispora, Bacillus penetrans
2. . Predator Mononchus sp.
3. Tanaman yg mengeluarkan zat nematisidal Tagetes sp., Crotalaria sp., Asparagus sp.
IV. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. mekanisme terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen dan hama.
2. Ganguan merupakan suattu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi.
3. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda.
4. Gejala nekrotik yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel. Contoh: bercak (nekrose), hawar (bligh), busuk (rot), mato ujung (die back), klorosis karena rusaknya klorofil.
5. Gejala Hipoplastik yaitu type kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Contoh: kerdil, roset, atropi, klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil.
6. Gejala hiperplastik yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Contoh : sapu (withes broom), tunas air (proplepsis), tumor, erinose, keriting (curling), fasiasi, kudis (scab), klorosis karena pigmen maupun klorofil yang berlebihan.
7. Gejala yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT.
8. Babarapa gejala serangan hama pada tanaman yang diteliti pada praktikum ini, yaitu:
- Daun berlobang, disebabkan oleh hama belalang yang memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah. Gejala kerusakannya daun menjadi berlobang.
- Bulir padi kepipis, disebabkan oleh hama walang sangit yang memiliki tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala kerusakannya bulir padi menjadi hampa/tidak berisi dan kempes.
- Buah berlobang, disebabakan oleh hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala kerusakannya buah berlobang dan berwarna hitam/kecoklatan.
- Daun keperakan, disebabkan oleh hama thrips dengan tipe alat mulut pemarut penghisap. Gejala kerusakannya adanya daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak, dan terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan.
- Batang digerek, disebabkan oleh hama penggerek batang yang memiliki tipe alat mulut penggerek. Gejala kerusakannya terdapat lobang gerek pada permukaan batang dan bagian tengah batang akan terdapat warna hitam memanjang.
- Gall pada buah dan akar, disebabkan oleh nemathoda. Gejala kerusakannya adanya bintil-bintil yang timbul di permukaan umbi dan adanya bintil-bintil yang timbul pada akar tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, arifin. 1994. Perlindungan Tanaman Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.
Hari. 2008. Capung Langka. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa300.dir/doc.pdf/ hansamunahito.multiply.com/journal/item/1/Capunge_Langka
Sudarmo, subiyakto. 1995. Pengendalian Hama dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan. Kanius.Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Wagiman, F.X. 2003. Hama Tanaman : Cemiri Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan. Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogayakarta.
Wiyono, Suryo. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman. IPB; http://disbunjatim.co.cc/hama_tanaman/penggerek_batang.htm
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.