PENYAKIT
GEMINIVIRUS PADA TANAMAN CABAI DAN PENGENDALIANNYA
(Makalah Produksi Tanaman Sayur)
Oleh
Faqih Abdul Aziz
1014121022
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Cabai (Capsicum annum)
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting
di Indonesia. Cabai berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan
menyebar ke negara‐negara
benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan
kualitas mutu cabe adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
yang terjadi mulai dari pesemaian sampai pasca panen. Diantara OPT utama yang
sering menimbulkan kerugian pada usahatani cabe adalah serangan penyakit dengan
pathogen/ penyebabnya dari golongan virus.
Serangan penyakit virus kuning pada tanaman cabai
telah menimbulkan kerugian besar bagi petani di daerah-daerah sentra cabe di
Pulau Jawa dalam 3 tahun terakhir ini, karena akibat serangan geminivirus
tersebut menurunkan produksi cabe hingga jauh dari produksi normal, yang
kemudian berdampak melonjaknya harga cabe di pasaran. Mengetahui virus penyebab
penyakit secara pasti dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat penting
untuk menentukan tindakan pengendalian yang tepat.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk
membahas tentang seluk-beluk gemini virus dan pengendaliannya dalam upaya
peningkatan produktivitas cabai.
II. PENYAKIT GEMINIVIRUS
PADA TANAMAN CABAI DAN PENGENDALIANNYA
2.1
Pengenalan Gemini Virus
Menurut sejarah
perkembangannya, penyakit ini cepat menyebar dari satu negara ke negara lain,
sehingga penyebarannya di berbagai Negara di dunia tercatat di 37 negara Asia,
39 negara di Afrika, 26 negara di Eropa, 30 negara di Amerika, dan 14 negara di
Oceania. Awal infeksi geminivirus pada cabai dilaporkan di Meksiko tahun 1990
dan, Texas 1996, Thailand 1997, dan Indonesia 2003. Kurangnya kesadaran
terhadap bahaya penyebaran penyakit yang ditularkan dengan cepat oleh serangga
vektor dari tanaman ke tanaman, dan dari daerah terserang ke daerah lain yang
masih sehat, menyebabkan luas serangan dan daerah sebarannya meningkat cepat.
Di Indonesia, awal mula
serangan virus kuning terjadi pada 2003, terbatas di Magelang, Jateng, Sleman,
DIY, dan setelah 5 tahun terakhir (2003 – 2007) perkembangan virus kuning makin
bertambah hingga 14 provinsi, meliputi NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel,
Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, Kaltim, Sulut, Maluku,
Gorontalo, Irjabar. Luas tambah serangan virus kuning cabai pada tahun 2003
seluas 884 ha dan pada tahun 2007 meningkat tajam hingga mencapai 3.015,05 ha,
terluas terjadi di Jateng 1.071,6 ha, NAD 404 ha dan Jabar 307 ha..
Penyakit kuning
keriting cabai yang disebabkan oleh geminivirus merupakan penyakit utama
tanaman cabai di Indonesia sejak tahun 1999 dan tahun 2000 sudah terjadi
epidemi penyakit ini. Terjadinya epidemi sangat berhubungan dengan aktifitas
serangga vektornya, kutu kebul (Bemicia
tabaci Genn). Hubungan virus dengan vektornya ditentukan berdasarkan
efisiensi penularan, (1) periode makan akuisisi, (2) periode makan inokulasi
dan (3) jumlah serangga untuk penularan. Serangga vektor B. tabaci merupakan vektor yang sangat efektif, karena hanya dengan
satu ekor vektor yang viruliferus telah dapat menularkan virus penyebab
penyakit kuning keriting cabai. Serangga vektor B. tabaci biotipe non B asal Bogor, dan Pesisir Selatan sudah mampu
menularkan virus setelah 15 menit melakukan akuisisi, dan inokulasi. Periode
akuisisi dan inokulasi yang optimal untuk menularkan virus adalah 6-12 jam.
Efektivitas penularan virus oleh serangga vektor ditentukan oleh strain
geminivirus. B. tabaci dari lokasi
yang sama dengan strain geminivirus akan lebih efektif menularkan geminivirus
di bandingkan dengan strain geminivirus asal lokasi geografis yang berbeda.
Efektivitas penularan akan meningkat dengan bertambahnya waktu akuisisi,
inokulasi dan jumlah serangga vektor.
2.2
Gejala Gemini Virus
Tanaman yang terserang
gemini virus secara umum gejala-gejala yang dapat diamati adalah helai daun
mengalami “vein clearing”, dimulai
dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun
menebal dan daun menggulung ke atas (cupping).
Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna
kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Pengamatan lapang menunjukkan
pertanaman cabai merah yang 100% terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
Variasi gejala yang
mungkin timbul pada cabai adalah sebagai berikut:
• Tipe -1. Gejala
diawali dengan pucuk mengkerut cekung berwarna mosaik hijau pucat, pertumbuhan
terhambat, daun mengkerut dan menebal disertai tonjolan berwarna hijau tua.
• Tipe-2. Gejala
diawali dengan mosaik kuning pada pucuk dan daun muda, gejala berlanjut pada
hampir seluruh daun menjadi bulai.
• Tipe-3. Gejala awal
urat daun pucuk atau daun muda berwarna pucat atau kuning sehingga tampak
seperti jala, gejala berlanjut menjadi belang kuning, sedangkan bentuk daun
tidak banyak berubah.
• Tipe-4. Gejala awal
daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan, gejala
berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk daun berkerut dan
cekung dengan ukuran lebih kecil, serta pertumbuhan terhambat.
2.3.
Penularan dan Penyebab
Penyakit yang
disebabkan oleh virus gemini tidak ditularkan karena tanaman bersinggungan atau
terbawa benih. Di lapangan virus ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci atau
Bemisia argentifolia. Kutu kebul dewasa yang mengandung virus dapat
menularkan virus selama hidupnya pada waktu dia makan pada tanaman sehat. Satu
kutu kebul cukup untuk menularkan virus. Efisiensi penularan meningkat dengan
bertambahnya jumlah serangga per tanaman. Sifat kutu kebul yang mampu makan
pada banyak jenis tanaman (polifagus) menyebabkan virus ini menyebar dan
menular lebih luas berbagai jenis tanaman. Selain itu, virus gemini memiliki
tanaman inang yang luas dari berbagai tanaman seperti: ageratum, buncis,
kedelai, tomat, tembakau, dll.
2.4
Nilai Ekonomi
Serangan penyakit virus
kuning pada tanaman cabai, telah menimbulkan kerugian besar bagi petani di
daerah-daerah sentra cabe di Pulau Jawa dalam 3 tahun terakhir ini. Akibat
serangan geminivirus tersebut, produksi cabe menurun hingga jauh dari produksi
normal, yang kemudian berdampak melonjaknya harga cabe di pasaran dengan
kisaran antara Rp 15.000 – 25.000/kg, bahkan di Jakarta pada tahun 2003
mencapai Rp.50.000,-/kg, terutama menjelang hari-hari besar nasional dan hari
keagamaan. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh virus kuning pada tanaman
cabe dapat mencapai antara 20 – 100 %. Pada tahun 2007 kerugian di 14 provinsi
daerah sentra cabai mencapai Rp 20 Miliyar 1ebih, dan akhir 2009 lahan
cabai di Kediri, Provinsi Jawa Timur terserang 650 ha dengan kerugian petani Rp
16 Milyar lebih. Menurut laporan Direktorat Perlindungan Tanaman
Hortikultura (Ditlintan Hortikultura), bahwa total kerugian pada tanaman cabai
akibat serangan virus kunig pada tahun 2007 tercatat lebih dari 20 Miliyar
rupiah (harga cabai tingkat petani Rp 6.000/kg), terbesar terjadi di Jateng di
atas 5 Miliyar rupiah, Jatim di atas 4 Miliyar rupiah dan Nad di atas 3 Miliyar
rupiah.
2.5
Bioekologi
Penyakit kuning cabai
di Indonesia disebabkan oleh virus dari kelompok/Genus Begomovirus (singkatan
dari: Bean golden mosaic virus), Famili Geminiviridae. Gemini
virus dicirikan dengan bentuk partikel kembar berpasangan (geminate)
dengan ukuran sekitar 30 x 20 nm. Gemini virus termasuk dalam kelompok virus
tanaman dengan genom berukuran 2,6-2,8 kb berupa utas tunggal DNA yang
melingkar dan terselubung dalam virion ikosahendra kembar (geminate) (M. Padidam et al. 1995). Replikasi virus terjadi dalam
bagian nukleus tanaman melalui pembentukan utas ganda DNA. Kelompok virus
gemini dibedakan dalam 3 subgrup, pertama memiliki genom yang monopartit,
menginfeksi tanaman monokotiledon dan ditularkan oleh vektor wereng daun (leafhopper); subgrup kedua ditularkan
vektor wereng daun dan memiliki genom monopartit tetapi menginfeksi tanaman
dikotiledon; subgrup ketiga memiliki anggota paling banyak dan beragam dengan
genom bipartit yang menginfeksi tanaman dikotiledon dan ditularkan oleh serangga
vektor kutu kebul (Bemicia tabaci Genn.) (Gilbertson et al.1991).
2.6
Pengendalian
Usaha pengendalian
penyakit virus kuning (khususnya dengan pestisida) terutama ditujukan kepada
serangga vektornya, karena sampai saat ini tidak ada pestisida yang terdaftar
dan diizinkan oleh Menteri Pertanian yang dapat mematikan virus.
Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit virus kuning pada tanaman
cabai, antara lain:
A. Pada Pesemaian
· Penggunaan benih sehat dan bukan
berasal dari daerah terserang
· Menanam varietas yang agak tahan
(karena tidak ada yang tahan) misalnya cabai Kopay Sumbar dan cabai keriting
Bukit Tinggi.
· Perendaman benih dengan larutan PGPR
(Plant Growth Promotion Rhizobacter),
atau Pf/Pseudomonas fluorescens
dengan dosis 20 ml/liter air selama 6 – 12 jam). Beberapa Laboratorium PHP di
daerah sudah mampu membuat bahan perbanyakan larutan PGPR atau Pf.
· Menutup/mengerodongi persemaian
sejak benih disebar untuk pencegahan masuknya vektor virus dengan menggunakan kasa/kelambu
halus yang tembus sinar matahari.
B. Di Lapangan :
· Untuk menahan / membatasi masuknya
vektor kutu kebul ke dalam petak tanaman, dilakukan penanaman tanaman pinggiran
lahan tanam dengan 6 baris tanaman jagung 3-4 minggu sebelum tanam cabai dengan
jarak tanam rapat 15 – 20 cm atau tanaman border lainnya antara lain,
orok–orok, dan pagar kelambu setinggi 2,8 – 3m dari tanah,
- Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah untuk mengurangi infestasi serangga vektor dan mengurangi gulma,
· Penyiraman tanaman pada umur 1 MST
(sebelum pindah tanam) dengan PGPR 20 cc / l air, dan dilanjutkan pada umur 20
HST dan 40 HST dengan konsentrasi 20 cc / l air dengan volume penyiraman 100 ml/tanaman,
bersamaan pemupukan susulan.
· Pemberian pupuk kandang/kompos
minimal 20 ton/ha.
· Sanitasi lingkungan, mengendalikan
gulma berdaun lebar dari jenis bebadotan, daun kancing, ciplukan dan gulma
lainnya yang dapat menjadi inang virus dan kutu kebul.
· Eradikasi tanaman sakit, yaitu
tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan dengan cara
dibakar supaya tidak menjadi sumber penularan.
· Pemasangan perangkap likat kuning
sebanyak 40 lembar/ha secara serentak di pertanaman, digantung/dijepit pada
kayu/bambu setinggi 30 cm di atas tajuk daun guna mengurangi populasi vector.
· Menjaga keberadaan parasit nympha, Encarsia formosa dan predator Monochilus siegmaculatus, dengan tidak
menggunakan pestisida kimia sintetik secara tidak selektif,
· Rotasi tanaman dengan tanaman selain
cabai dan bukan inang virus, terutama bukan dari famili Solanaceae (contoh : kentang, tembakau), dan famili Cucurbitaceae (contoh: mentimun, melon).
Rotasi tanaman dilakukan dalam hamparan, tidak perorangan, serentak setiap satu
musim tanam dan seluas mungkin.
· Aplikasi pestisida nabati (50–100
lbr daun sirsak atau daun tembakau/5 liter air+15 gr sabun colek) atau (20 gr
biji atau 50 gr daun nimba + 1 gr sabun colek/1 liter air). Ramuan ditumbuk
halus, dicampur air, diamkan 1 malam, dan disaring. Selain itu menggunakan ekstrak
bunga pukul 4, bayam duri, sirsak dan eceng gondok.
I.
KESIMPULAN
Dari
penyampaian makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
- Salah satu masalah dalam peningkatan produksi dan kualitas mutu cabai adalah adanya serangan gemini virus yang menyebabkan penyakit kuning cabai.
- Terjadinya epidemi penyakit ini sangat berhubungan dengan aktifitas serangga vektornya,yaitu kutu kebul (Bemicia tabaci Genn).
- Dari segi ekonomi, akibat serangan geminivirus sangat merugikan petani, karena dapat menurunkan produksi cabe hingga jauh dari produksi normal,
- Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian. Pengendalian dapat dilakukan mulai dari saat persemaian, penanaman, dan pemeliharaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2008. geminivirus-indonesia.blogspot.com/.
Diakses
pada 31 Maret 2012. Pukul 11.45
Anonim.2010. www.deptan.go.id/ditlinhorti/index.php?option=com...id. Diakses pada 31 Maret2012. Pukul
11.56
Anonim. 2010. repository.unila.ac.id:8180/dspace/handle/123456789/580.
Diakses pada 31 Maret 2012. Pukul 11.42
Gilbertson, R. L., Hidayat, S. H.,
Martinez, R. T., Leong, S. A., Faria, J.C., Morales, F. & Maxwell, D. P.
(1991a). Differentiation of bean
infecting geminiviruses by nucleic acid hybridization probes and aspects of bean golden mosaic in
Brazil. Plant Disease 75, 336-342.
Padidam, M.,
Beachy, Roger N., & Fauquet, Claude M. 1995. Classification and identification of geminiviruses using sequence
comparisons. Journal
of General Virology (1995), 76, 249
263. Printed in Great Britain
Setiadi. 2011. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Jakarta: Penebar Swadaya
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.