I.
PENDAHULUAN
Sifat-sifat
fisika dan kimia yang erat hubungannya dengan lenyap dan timbulnya ion H
menduduki tempat yang penting didalam ilmu tanah. Sifat ini menggambarkan
reaksi kimia yang terjadi didalam tanah, yang disebut masam, netral, dan
alkali.
Dua
masalah utama yang melekat pada tanah – tanah masam bagi suatu tanaman adalah :
Keracunan Alumunium,Kejenuhan Al yang lebih tinggi.
Keracunan
Al ini akan merugikan tanaman yang akhirnya akan menurunkan produksi sehingga
pendapatan akan tanaman itu akan berkurang. Keracunan alumunium langsung merusak
akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi pengambilan dan
translokasi kalsium maupun fopor.
Didalam
tanah yang memiliki pH yang rendah atau bereaksi masam permasalahan utama
adalah kelarutanAl, Fe, Mn dan unsur mikro lainnya yang cukup tinggi, yang
bersifat racun bagi tanaman. Selain itu akan terjadi interaksi antar ion Al dan
P, dimana Al akan mengikat P tanah ataupun dari pupuk dalam bentuk persenyawaan
yang tidak larut dan merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh tanah-tanah
masam.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan praktikum kali ini adalah:
- Mengetahui tingkat atau nilai Aldd dan Hdd dalam tanah
- Mengetahui tingkat nilai perbedaan nilai Aldd dan Hdd antara tanah ultisol dan oxisol
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Didalam tanah yang ber-pH rendah yang menjadi masalah
utama adalah kelarutan Al, Fe, Mn dan
unsur mikro lainnya yang cukup tinggi, yang bersifat toksik atau racun pada
tanaman. Selain itu akan terjadi interaski antara ion Al dan P dimana Al akan
mengikat P tanah maupun dari pupuk dalam bentuk persenyawaan. Alumunium didalam tanah berasal dari
pelarutan mineral silikat. Ion Al3+ sangat reaktif didalam larutan
tanah. Ion alumunium akan selalu terhidrolisis membentuk komplek Al (OH)6
pada reaksi dibawah ini:
Al3+
+ H2O ---------- Al(OH)3 + 3 H+
Pengapuran adalah istilah pertanian
yang digunakan untuk menyatakan penambahan bahan kapur dari senyawa oksida,
hidroksida atau carbonat dan magnesium (Mg) didalam tanah. Jumlah Al-dd dan yang
terlarut dalam air tanah menghambat pertumbuhan, didalam hal ini ditetapkan
jumlahnya menurut reaksi:
Liat- Al + K+ ___________ Liat- K
Al3+
Al3+ + 3 H2O _______
Al(OH)3 + 3 H+
H + + OH- _______ H2 O
Al(OH)3 + 6 F- _______
AlF63+ +
3 OH-
OH- + H+ _______ H2O
Tanah menjadi asam karena kelebihan ion hidrogen
menggantikan kation yang sifatnya basa.
Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca dan Mg) ditambahkan. Dengan cara aksi massa, Ca dan Mg mengganti
kembali kedudukan ion-ion hidrogen dan Al.
Al itu berasal dari mineral-mineral yang larut dalam keadaan masam. Sedangkan hidrogen berasal dari asam-asam
yang banyak sekali sumbernya (air hujan, pupuk, masam, eksudat akar, dsb).
Dua masalah utama tanah adalah keracunan Al dan kejenuhan
Al yang terlalu tinggi. Keracunan Al
langsung melukai akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi
pengambilan serta translokasi kalsium maupun fosfor. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung pada
tanaman. Ion OH- yang
dihasilkan segera menetralkan H+ dan Al3+, sehingga pH
tanah dpat mengikat dan Al mengendap sebagai aluminium hidroksida, kompleks
jerapan yang bebas dari Al dapat diisi oleh kation. Kation dari Ca
dari kapur atau kation-kation lain yang berasal dari pupuk atau mineral.
III.
BAHAN DAN METODE
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Erlenmeyer 250 ml dan 10 ml, gelas ukur
100 ml, shaker, corong gelas dan rak corong, kertas saring, pipet 25 ml dan 10
ml.
Bahan yang digunakan adalah contoh tanah (oxisol dan
ultisol), KCl 1 N, NaOH 0,1 N, HCl 0,1 N, aquades, NaF 10%, indikator
fenolftalein
3.2
Metode Kerja
- Timbang 10 gr contoh tanah dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml.
- Tambahkan 100 ml KCl 1 N dan kocok dengan shaker selama 15 menit.
- Saring dan hasil saringan ditampung kemudian diambil 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.
- Tambahkan 5 tetes larutan indikator fenolflalein.
- Titrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda permanen. Catat jumlah basa yang digunakan untuk penetapan Aldd.
- Tambahkan 1 tetes HCl 0,1 N sampai warna merah muda hilang.
- Tambahkan 10 ml NaF 10% hingga warna merah muncul kembali.
- Titrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna merah hilang. Jumlah asam yang digunakan setara dengan jumlah Aldd.
IV.
HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka didapat hasil
pengamatan sebagai berikut:
No. contoh
|
Jenis tanah
|
ml HCl
|
ml NaOH
|
Asam total
|
Aldd
|
Hdd
|
1
|
ultisol
|
0,3
|
0,5
|
0,5
|
0,3
|
0,1
|
2
|
oxisol
|
0
|
0,4
|
0,4
|
0
|
0,4
|
4.2. Pembahasan
Ada banyak hal yang menyebabkan kemasaman tanah yaitu
unsur fospor tersedia, kekurangan unsur kalsium dan magnesium, kekurangan unsur
molibdium, fiksasi N oleh kacang tanah terhambat. Kandungan mangan dan besi
sering berlebihan sehingga dapat mengakibatkan racun bagi pertumbuhan dan
kelarutan alumunium sangat tinggi.
Kemasaman tertinggi pada percobaan ini adalah pada tanah
ultisol, pada keadaan tanah yang sangat masam, Al menjadi sangat larut yang
dijumpai dalam bentuk kation Al3+ dan hidroksida alumunium yang
terjerap ini adalah berada dalam keadaan seimbang dengan Al dalam larutan
tanah.
Kedua ion Al itu mudah terjerap pada koloid liat daripada
ion H. oleh karena itu Al berada dalam larutan mudah terhidrolisis. Dan Al
merupakan penyebab kemasaman atau penyumbang ion H+. ion H terjerap
pada koloid liat dan humus dan juga merupakan sumber H, sehingga tanah menjadi
masam. Ion H dapat dipertukarkan
tersebut berada dalam keadaan yang seimbang dalam larutan tanah. Ini
membuktikan bahwa Al dan H terjerap merupakan ion H larutan, sehingga
menyebabkan reaksi tanah masam atau pH rendah. Dalam keadaan sangat masam pH 4
ion Al3+ dan H+ terjerap dominan. Kejenuhan alumunium
tinggi pada tanah-tanah masam, tergantung pada kadar Al dan mineral yang siap
larut dalam keadaan masam. Jika tanah terlalu masam bagi suatu tanaman,
pengapuran merupakan langkah pemecahan yang baik.
Pada dasarnya tanah ultisol lebih bersifat masam daripada
tanah oxisol. berdasarkan dari percobaan
yang telah dilakukan, ternyata memberikan hasil yang sama dengan
teori yang ada, dimana tanah ultisol lebih asam daripada oxisol. Tanah oxisol ini asam karena telah mengalami
pelapukan intensif dan perkembangan tanah lanjut, sehingga terjadi penindihan
unsur asam basa bahan organik dan silika dengan meninggalkan serquioxid sebagai
sumber daya alam. Tanah ultisol
mengalami pelapukan yang hebat dan ditandai dengan pencucian terakhir dan
terbentuk pada permukaan lahan tua, karena tingkat kesuburan tanah oxisol lebih
tinggi dibanding tanah ultisol, maka tanah ultisol memiliki pH lebih rendah
dibanding tanah oxisol.
Tanah menjadi asam karena kelebihan
ion hidrogen menggantikan kation yang sifatnya basa. Prosesnya menjadi reversible bila kapur (Ca
dan Mg) ditambahkan. Dengan cara aksi
massa, Ca dan Mg mengganti kembali kedudukan ion-ion hidrogen dan Al. Al itu berasal dari mineral-mineral yang
larut dalam keadaan masam. Sedangkan
hidrogen berasal dari asam-asam yang banyak sekali sumbernya (air hujan, pupuk,
masam, eksudat akar, dsb).
Dua masalah utama tanah adalah keracunan Al dan kejenuhan
Al yang terlalu tinggi. Keracunan Al
langsung melukai akar tanaman, menghambat pertumbuhannya, dan menghalangi
pengambilan serta translokasi kalsium maupun fosfor. Kejenuhan Al yang ada sangat tergantung pada
tanaman.
Ion OH- yang dihasilkan segera menetralkan H+
dan Al3+, sehingga pH tanah dpat mengikat dan Al mengendap sebagai
aluminium hidroksida, kompleks jerapan yang bebas dari Al dapat diisi oleh
kation. Kation dari Ca dari kapur atau kation-kation lain yang
berasal dari pupuk atau mineral.
Reaksi
pengapuran secara sederhana:
CaCO3
+ H2O Ca+2 + HCO3- + OH-
Kejenuhan Al tinggi pada
tanah-tanah masam tergantung pada kadar Al dan mineral yang larut dalam keadaan
masam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Al dapat dikendalikan
dengan cara pengapuran. Pada percobaan,
kandungan Al pada tanah ultisol lebih tinggi (0,3) daripada oxisol.
Pada percobaan, kandungan H+ pada tanah ultisol
ebih tinggi. Koloid tanah menyerap ion H+ dengan proses
tak selektif. Ion ini menumpuk pada
permukaan yang bermuatan tersebut sebagai kelompok ionlawan. Kebanyakan
partikel berinteraksi dengan H+.
ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral dan menggantikan atom Al. Al yang dilepas
lalu terjerap, dan Al-H terbentuk cepat.
Ion Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H+.
Sebagian besar tanah di Indonesia ini
bersifat masam. Hal ini juga disebabkan
oleh pengaruh dua iklim itu sendiri.
Tanah di Indonesia menerima hujan dan panas secara bergantian secara
terus-menerus, sehingga lama kelamaan tanah menjadi terkikis, dan terjadi
pencucian basa, sehingga akhirnya bersifat masam.
V.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada percobaan,
kandungan H+ pada tanah ultisol lebih tinggi daripada pada tanah
oxisol, dan kandungan Al pada tanah ultisol lebih tinggi daripada tanah oxisol.
2.
Tanah menjadi
masam karena kelebihan ion Hidrogen menggantikan kation yang sifatnya basa.
3.
Dua masalah
utama tanah adalah kejenuhan Al yang terlalu tinggi dan keracunan Al.
4.
Untuk
meningkatkan pH tanah dapat dilakukan pengapuran.
DAFTAR PUSTAKA
Indranada K. Henry. 1994. Pengelolaan
Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Kuswandi. 1993. Pengapuran
Tanah Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Poerwowidodo. 1991. Genesa
tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tan H. Kim. 1998. Dasar-dasar
Kimia Tanah. Universitas Gadjah
mada. Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu
Tanah. 2006. Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah. Universitas
lampung. Bandar Lampung.
LAMPIRAN
Ultisol
Titrasi = 0,5 dengan penambahan 2 tetes HCl + NaF air
kembali menjadi pink
Kandungan asam total (0,1x0,5)100/10= 0,5
Aldd (0,1x0,3) 100/10 = 0,3
Hdd (0,5-0,3) = 0,1
Oxisol
Titrasi 0,4 dengan penambahan 4 tetes HCl air tidak
berwarna
Kandungan asam total (0,1x0,4) 100/10 = 0,4
Aldd (0,1x0) 100/10 = 0
Hdd (0,4-0) = 0,4
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.