(Laporan Kesuburan Tanah dan Pemupukan)
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Upaya
peningkatan produksi jagung, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi,
selalu diiringi oleh penggunaan pupuk, terutama pupuk anorganik, untuk memenuhi
kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya,
pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan tanaman dengan
mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami, keberlanjutan
sistem produksi, dan keuntungan yang memadai bagi petani.
Pemupukan
berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam
tanah untuk mencapai status
semua hara esensial seimbang sesuai kebutuhan tanaman dan optimum untuk
meningkatkan produksi dan mutu
hasil, meningkatkan efisiensi pemupukan,
kesuburan tanah serta menghindari
pencemaran lingkungan. Jadi pemupukan berimbang merupakan pemenuhan
hara yang berimbang dalam tanah, bukan berimbang dalam bentuk dan jenis pupuk. Pemupukan diberikan bagi hara yang kurang
dalam tanah, yang sudah cukup diberikan hanya untuk memelihara hara tanah
supaya tidak berkurang. Dalam
penerapannya pemupukan berimbang dapatmenggunakan pupuk tunggal seperti urea,
SP-36, TSP, dan KCl, pupuk majemuk ditambah pupuk tunggal atau campuran pupuk
tunggal. Agar sesuai dengan takaran
pemupukan berimbang yang spesifik lokasi, komposisi pupuk harus bervariasi
sesuai kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman.
Tanaman jagung
membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih
banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S
diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara
makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan
Cl diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit, disebut hara mikro. Unsur C, H, dan
O diperoleh dari air dan udara.
Penggunaan pupuk
yang berlebihan pada tanaman dapat menyebabkan residu di dalam tanah yang
besar. Oleh sebab itu pengaturan
pemberian pupuk harus dilakukan. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah untuk dapat
diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara,kelembaban tanah dan
aerasi, suhu tanah, dan sifat fisik maupun kimia
tanah. Keseluruhan faktor ini berlaku umum untuk
setiap unsur hara.
Dalam percobaan
yang kami lakukan, kami melihat adanya respon pertumbuhan tanaman jagung pada
lahan percobaan yang tidak kami beri pupuk sama sekali. Dan kami juga membandingkan respon pertumbuhan
dengan tanaman jagung pada lahan yang diberi pemupukan penuh.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan
dari dilakukannya percobaan ini antara lain :
1.
Mengetahui pertumbuhan tanaman jagung
pada lahan yang tidak diberi perlakuan pemupukan sama sekali.
2.
Membandingkan pertumbuhan tanaman jagung
yang tidak diberi pupuk sama sekali dengan tanaman jagung yang diberi pupuk
lengkap dengan perlakuan dilarik dan disebar.
3.
Mengetahui persentase perkecambahan
tanaman jagung pada lahan yang tidak diberi pupuk sama sekali.
4.
Mengetahui gejala kahat unsur hara pada
tanaman jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Jagung
Jagung merupakan
salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan.
Jagung adalah sumber pangan kedua
setelah padi. Hampir 70% dari produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi dan
sisanya untuk berbagai keperluan, baik sebagai pakan ternak maupun bahan industry
(Elly LR 1992). Selain sebagai sumber karbohidrat,
jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (daun dan tongkol), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung
atau maizena), furfural, bioetanol, dan bahan baku industri (dari tepung biji
dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung
kaya akan pentosa yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Furfural banyak digunakan sebagai pelarut
dalam industri pengolahan minyak bumi, pembuatan pelumas, dan pembuatan
nilon. Selain itu berfungsi sebagai
senyawa antara untuk pembuatan furfuril alkohol, tetrahidrofuran, herbisida,
dan aplikasi pada pewangi (Ace 2003). Inti
biji jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai penghasil minyak jagung.
Tanaman jagung
termasuk kelas Monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea,
species Zea mays.L ( Insidewinme, 2007) dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan
bunga betina (tepistila) terletak
pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu
tanaman (Subandi, 2008). Jagung
tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas
pertumbuhan dan produksi. Salah satu
sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju
fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan
transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air (Goldsworthy dan Fisher,
1980).
Tanaman jagung berakar
serabut terdiri dari akar seminal, akar adventif dan akar udara (Goldsworthy
dan Fisher, 1980), mempunyai batang induk, berbentuk selindris terdiri dari
sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku
ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang bervariasi 60-300 cm, tergantung
pada varietas dan tempat Selama fase vegetatif bakal daun mulai terbentuk dari
kuncup tunas. Setiap daun terdiri dari
helaian daun, ligula dan pelepah daun yang erat melekat pada batang (Sudjana,
Rifin dan Sudjadi, 1991).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai
dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan
akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan
Hashim, 1982). Bunga jagung tergolong bunga
tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana
organ bunga jantan (staminate) dan
organ bunga betina (pestilate) tidak
terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Sudjana, Rifin dan Sudjadi,
1991).
2.2
Pemupukan
Pupuk adalah
suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam
tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah. Pemupukan adalah cara-cara atau metode
pemberian pupuk atau bahan-bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir
ataupun tanah liat ke dalam tanah. Jadi
pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta
berbeda pula sifat-sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam
tanah dan tanaman. Karena hal-hal
tersebut di atas agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien dan tidak merusak
akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan jenis pupuk dan cara
pemberian pupuk yang tepat (Hasibuan, 2006).
Pupuk dapat
digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari
sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi)
oleh bakteri pengurai, misalnya pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman,
dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan
unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah
tetapi kandungan bahan organik di dalamnya sangatlah tinggi. Sedangkan pupuk anorganik adalah jenis pupuk
yang dibuat oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga
memiliki kandungan persentase yang tinggi. Contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP dan
Gandasil (Novizan, 2007).
Takaran pupuk
yang digunakan untuk memupuk satu jenis tanaman akan berbeda untuk
masing-masing jenis tanah, hal ini dapat dipahami karena setiap jenis tanah
memiliki karakteristik dan susunan kimia tanah yang berbeda. Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati
untuk mendapatkan efisiensi dalam pemupukan, antara lain : jenis pupuk yang
digunakan, sifat dari pupuk itu sendiri, waktu pemupukan dan syarat pemberian
pupuk serta cara atau metode pemupukan.
Peningkatan
produksi pertanian dapat dicapai melalui pendekatan teknologi yang tepat antara
lain dengan menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi.
Saat ini
teknologi pemupukan sesuai anjuran hampir tidak dilakukan oleh sebagian petani
Indonesia, sehingga menyebabkan pemupukan menjadi tidak berimbang.
Konsep Pemupukan
Berimbang adalah :
1.
Selama ini di masyarakat berkembang
pengertian bahwa pemupukan berimbang adalah pemupukan yang menggunakan pupuk
majemuk /compound (NPK Compound). Pengertian
tersebut perlu segera diluruskan, karena konsep pemupukan berimbang adalah
penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan
tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan
produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian.
2.
Pemupukan berimbang dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa jenis pupuk tunggal yang dicampur secara sederhana
(simple blending), atau dicampur secara mekanis (mechanical blending) atau
melalui teknologi pencampuran secara kimia (chemical blending) yang disebit
pupuk majemuk/compound dengan formula tertentu.
2.3
Kahat Hara
Gejala kekurangan suatu unsur hara
yang ditampakkan tanaman tidak selalu sama. Gejala tersebut dapat berbeda, tergantung
spesies tanaman, tingkat keseriusan masalah, dan fase pertumbuhan tanaman. Di samping itu, tanaman dapat mengalami
kekurangan dau unsur hara atau lebih pada saat yang bersamaan, sehingga gejala
yang ditampakkan oleh tanaman menjadi lebih kompleks. Pada dasarnya gejala kekurangan unsur hara
tergantung pada 2 hal utama, yakni: 1. fungsi dari unsur hara tersebut dan 2.
kemudahan unsur hara tersebut untuk ditranslokasikan dari daun tua ke daun
muda. Kemudahan suatu unsur hara untuk
ditranslokasikan tergantung pada solubilitas (kelarutan) dari bentuk kimia dari
unsur tersebut di dalam jaringan tanaman dan kemudahannya untuk dapat masuk ke
dalam pembuluh floem.
Beberapa unsur dengan mudah dapat
ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda dan organ penampung (storage organ)
seperti organ reproduktif atau umbi. Unsur-unsur
tersebut adalah nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, klor dan belerang; sedangkan
sekelompok unsur lainnya lebih sulit untuk ditranslokasikan, misalnya boron,
besi dan kalsium. Mobilitas unsur-unsur
seng, mangan, tembaga dan molybdenum tergolong sedang (http://admin.adenium.web.id/gejala-kekurangan-unsur-hara).
Gejala kahat N. Nitirogen
merupakan unsur mobil didalam tanaman, oleh karena itu gejala kekurangannya
akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua.
Gejalanya berupa menguningnya daun. Kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna
daun menjadi kemerahan sebagai akibat terbentuknya "anthocyanin
(http://www.o-fish.com/Aquascaping/DefisiensiHara.html)
III. METODE PERCOBAAN
3.1
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat
yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu: cangkul, sprayer, ember,
penggaris, meteran, koret, dan timbangan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain: pupuk SP 36 375gr/12,5 m2, KCl 125
gr/ 12,5 m2, Kapur 1200 gr/12,5 m2, Insektisida Hamasid
2,5 EC, tali rafia, air dan benih jagung bisi-2
3.2
Cara Kerja
Adapun cara
kerja yang dilakukan dalam percobaan kali ini yaitu:
1.
Membersihkan dan menyiangi gulma di
lahan yang berukuran 5 x 2,5 m yang akan digunakan untuk percobaan.
2.
Mencangkul lahan tersebut hingga siap
olah dan siap untuk ditanami jagung.
3.
Melubangi tanaman sesuai jarak tanam
sehingga dalam satu lahan terdapat 36 lubang tanam.
4.
Menanam jagung, dalam satu lubang
dimasukkan 2 benih tanaman jagung.
5.
Pada minggu selanjutnya atau tanggal 13
maret 2012 dilakukan pengamatan persentase perkecambahan pada tanaman jagung.
6.
Pada tanggal 20 maret 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman jagung yang telah dipilih sebagai tanaman sampel
sebanyak 5 tanaman dan dilakukan penyiangan gulma.
7.
Pada tanggal 27 maret 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman sampel kembali, menyiangi gulma dan melakukan
penyemprotan insektisida HAMASID 25 EC.
8.
Pada tanggal 3 April 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman sampel kembali dan menyiangi gulma kembali.
9.
Pada tanggal 10 april 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman sampel kembali dan dilakukan penyiangan gulma.
10.
Pada tanggal 17 april 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman sampel kembali dan dilakukan pembumbunan pada tanaman
jagung.
11.
Pada tanggal 24 april 2012 dilakukan
pengamatan tinggi tanaman sampel kembali dan perawatan tanaman.
12.
Pada minggu selanjutnya dilakukan
pengamatan pada tanaman dengan menghitung jumlah tongkol yang terdapat pada
tanaman sampel.
13.
Pada tanggal 15 mei 2012 dilakukan
pengamatan dan perhitungan jumlah keseluruhan tongkol per petak tanaman dan
menghitung jumlah tanaman yang produktif dan tidak produktif.
14.
Pada tanggal 22 mei 2012 dilakukan panen
tongkol tanaman secara keseluruhan dan penimbangan bobot kotor dan bobot bersih
tanaman jagung.
IV. HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.2
Grafik tinggi tanaman jagung
4.1.2
Grafik bobot tanaman jagung
4.2 Pembahasan
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan terhadap lahan yang tidak diberi pupuk sama sekali,
pada minggu awal pengamatan didapatkan persentase perkecambahan jagung yaitu
sebesar 87,5 %, pada kelompok 1 yang diberi perlakuan pupuk lengkap dengan
teknik sebar yaitu sebesar 95,8 %, sedangkan pada kelompok 6 yang diberi
perlakuan pupuk lengkap dengan teknik larik yaitu sebesar. Pada minggu selanjutnya dilakukan pengamatan
tinggi tanaman sampel yang telah dipilih dan didapatkan rata-rata tinggi
tanaman sampel 29 cm, pada minggu pengamatan kedua didapat rata-rata tinggi
tanaman sampel yaitu sebesar 50 cm, pada pengamatan minggu ketiga didapat
rata-rata tinggi tanaman sebesar 79,8 cm, pada pengamatan minggu keempat
didapat rata-rata tinggi tanaman sebesar 107,4 cm, pada pengamatan minggu
kelima didapat rata-rata tinggi tanaman sebesar 142,2 cm, pada pengamatan
minggu keenam didapat rata-rata tinggi tanaman sebesar 166 cm. Sedangkan untuk bobot kotor tongkol jagung
tanaman sampel sebesar 643,7 gram dan bobot bersih tongkol jagung tanaman
sampel sebesar 418,7 gram. Dan untuk
bobot kotor tongkol jagung yang bukan sampel sebesar 3021,12 gram dan bobot
bersih tongkol jagung yang bukan sampel sebesar 1506,2 gram. Sedangkan pada kelompok 6 didapatkan bobot kotor
tongkol jagung tanaman sampel sebesar 1067,74 gram sedangkan bobot bersih
tongkol tanaman sampel sebesar 726,78 gram. Dan untuk bobot kotor tongkol tanaman yang
bukan sampel sebesar 5.498,17 gram dan bobot bersih tongkol tanaman yang bukan sampel
sebesar 3,522,70 gram. Pada perbandingan
bobot tongkol tanaman jagung yang tidak diberi pupuk dan diberi pupuk terlihat berbeda
tapi perbedaan bobot tidak terlalu berbeda nyata terlihat dari selisih bobot
tongkol tanaman sampel. Yang terlihat
nyata yaitu gejala kahat unsur hara pada tanaman jagung yang tidak diberi
perlakuan pemupukan sama sekali, yaitu ditemukan beberapa tanaman yang terlihat
tumbuh kerdil yang diakibatkan kahat unsur hara K. Dan juga nampak pada beberapa daun tanaman
yang terlihat berwarna kekuning-an diakibatkan oleh kahat unsure N. Dan terlihat dari tongkol yang dihasilkan
ukurannya lebih kecil ini diakibatkan oleh kahat unsur P.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
didapat dari percobaan yang dilakukan kali ini adalah :
1.
Gejala kahat N mulai
terlihat saat tanaman memasuki umur 5 minggu setelah tanam yaitu dengan
terlihat daun-daun yang menguning.
2.
Untuk bobot bersih
tongkol didapatkan sebesar 418,7 gram dan bobot kotor tongkol didapatkan
sebesar 643,7 gram.
3.
Tinggi tanaman terlihat
berbeda nyata dengan kelompok 6 & 1 yang diberi perlakuan pemupukan lengkap
dengan aplikasi yang berbeda.
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.