Menghitung Limpasan Hujan

Written By Unknown on 02/07/2013 | 9:12 pm



1.1  Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti kebutuhan hidup manusia, antara
lain kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan aktivitas manusia, sehingga terjadi konversi lahan. Perubahan penggunaan lahan pada sistem daerah aliran sungai
(DAS) akan mempengaruhi kondisi limpasan, terjadi perubahan debit aliran sungai (Forum Geografi, 2010).

Pada keadaan ekstrim, distribusi hujan menjadi limpasan berlangsung sangat cepat sehingga menyebabkan limpasan meningkat dengan cepat pula. Dampak dari fenomena tersebut dapat menimbulkan ancaman bagi manusia dan lingkungan seperti banjir dan longsor.


Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Hal ini berarti bahwa karakteristik lingkungan fisik mempunyai pengaruh terhadap respon hidrologi.


Limpasan akibat hujan ini dapat terjadi dengan cepat dan dapat pula setelah beberapa jam setelah terjadinya hujan. Lama waktu kejadian hujan puncak dan aliran puncak sangat dipengaruhi oleh kondisi wilayah tempat jatuhnya hujan. Makin besar perbedaan waktu kejadian hujan puncak dan debit puncak, makin baik kondisi wilayah tersbut dalam menyimpan air di dalam tanah.

Pemahaman mengenai proses dan besarnya limpasan yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sangat diperlukan sebagai acuan untuk pelaksanaan manajemen air dan tata guna lahan yang lebih efektif. Oleh karena itu
dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya air, limpasan merupakan masalah yang seharusnya diatasi terlebih dahulu sebelum upaya berikutnya dilakukan, terlebih lagi perubahan tata guna lahan yang terjadi sekarang ini tentunya sangat mempengaruhi besarnya laju infiltrasi dan limpasan permukaan yang terjadi.

1.2  Tujuan
Adapun dari tujuan dari praktikum ini adalah :
  1. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung besarnya limpasan hujan terhadap permukaan tanah.
  2. Untuk mengetahui besaran volume limpasan yang terjadi.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara alamiah sebagian air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi limpasan permukaan. Kondisi daerah di tempat hujan itu turun akan sangat berpengaruh terhadap bagian dari air hujan yang akan meresap ke dalam tanah dan akan membentuk limpasan permukaan. Kondisi alam Indonesia yang mempunyai periode musim hujan selama lebih kurang enam bulan menyebabkan curah hujan yangcukup tinggi.
Sebagai negara yang masih dan akan terus berkembang, pembangunan sarana fisik mutlak dilakukan untuk menjamin kesejahteraan sosial penduduknya. Pembangunan yang dilakukan juga akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (Santi, 2010)

Proses pengukuran limpasan secara langsung membutuhkan biaya yang tidaksedikit serta waktu dan tenaga. Sehingga seringkali sulit mendapatkan data limpasan akibatproses pengukuran yang memberatkan. Oleh karena itu dipandang perlu untuk menerapkan suatu pendekatan model yang tepat dan sesuai dengan kondisi suatu daerah. Berdasarkan pendekatan ini maka dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan besarnya limpasan yang terjadi (Khasanah et al, 2004)

Untuk memperkecil limpasan air hujan di masa yang akan datang perlu adanya upaya konservasi terutama pembuatan kolam tampungan di areal pertanian dan permukiman. Dengan menyediakan 10% luas lahan pertanian dan permukiman untuk dijadikan kolam tampungan dalam Rencana Tata Ruang Kota maka kelebihan air hujan yang jatuh di areal pertanian dan permukiman, termasuk limpasan dari jalan di sekitar areal pertanian dan permukiman dapat ditampung pada kolam-kolam penampungan tidak langsung dibuang ke sungai, sehingga memperkecil debit limpasan yang masuk ke sungai (Yelza et al, 2010)
III. METODOLOGI

3.1 Alat dan bahan
Adapun alat yang digunakan pada pada praktikum ini adalah
Bak berukuran besar, solder/ kawat, shower atau selang, stopwatch, aqua gelas, batang kayu.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah tanah dan air.

3.2 Cara kerja
1. Disiapkan 2 buah bak kemudian diberi lubang-lubang kecil bagian bawahnya kemudian diisi dengan tanah.
2. Satu bak dengan isi tanah ditanami tanaman.
3. disiramkan air sebagai perumpamaan air hujan.
4. Diletakkan aqua gelas diatas tanah sebagai alat ambrometer.
5. Penyiraman air menggunakan shower sampai penuh kemudian catat hasilnya.





III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Berikut adalah data hasil pengamatan dari semua kelas:
A.
2’59”
Curah hujan : 134 ml
Limpasan : 1380 ml
Diameter gelas : 6,5 cm

C.
6’ 58”
Curah hujan : 218 ml
Limpasan : 8281 ml
Diameter gelas : 6,5 cm

B.
1’ 58”
Curah hujan : 217 ml
Limpasan : 4699 ml
Diameter gelas : 6,5 cm

D.
2’ 44”
Curah hujan : 168 ml
Limpasan : 3600 ml
Diameter gelas : 6,5 cm


3.2 Pembahasan

Air limpasan hujan adalah bagian dari hujan yang mengalir di atas permukaan tanah selama hujan dan sesaat sesudahnya. Prasarana drainase hujan menyalurkan limpasan yang tidak dikehendaki, ke suatu tempat pelimpahan terdekat yang dapat menerima sehingga tidak terjadi perusakan maupun hambatan. Untuk memperkirakan jumlah limpasan air hujan, seluruh aliran yang masuk jaringan itu merupakan aliran gaya berat. Aliran tersebut mengalur diatas permukaan tanah dengan karakteristik.

Pada praktikum menghitung limpasan dilakukan simulasi seperti jatuhnya air hujan kepermukaan tanah dengan menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan. Setelah dilakukan percobaan sebanyak 4 kali ulangan didapatkan lama waktu yang diperlukan untuk mengisi wadah air mineral berbeda-beda yaitu secara berturut-turut 179 detik, 118 detik,  418detik, 164 detik, curah hujan berturut-turut 134 ml, 217 ml, 218 ml, 168 ml, limpasan yang didapatkan berturut-turut 1380 ml, 4699 ml, 8218 ml, 3600 ml, dengan menggunakan wadah air mineral ukuran diameter 6.5 cm.

Dari data keempat kelas yang melakukan praktikum limpasan diketahui bahwa kelas C memiliki nilai limpasan yang terbesar yaitu 8218 ml hal ini sebanding dengan CH yang terjadi yaitu sesar 218 ml dan merupakan curah hujan tertinggi dibandingkan kelas yang lain. Sementara untuk nilai limpasan terkecil yaitu pada Pada kelas B nilai limpasan merupakan nilai terbesar kedua setelah kelas C yaitu sebesar 4699 ml dan curah hujan 217 ml dan kelas D merupakan kelas dengan nilai limpasan terbesar ke tiga yaitu sebesar 3600 ml dengan CH 168 ml.

Perbedaan data pada keempat kelas dapat dikarenakan perbedaan praktikan yang melakukan simulasi hujan, perbedaan keadaan tanah saat pelaksanaan praktikum dan perbedaan debit air yang keluar dari kran dan tertampung di bak.

Berdasarkan data yang didapat maka terjadinya limpasan ditentukan oleh faktor kelebatan hujan, yakni besaran hujan yang tercurah dalam satuan waktu. Pada umumnya curah hujan yang kelebatannya kecil dapat berlangsung lama, sedangkan hujan dengan kelebatan besar, berlangsung kurang dari satu hari.

Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Hal ini berarti bahwa karakteristik lingkungan fisik mempunyai pengaruh terhadap respon hidrologi.Kondisi alam Indonesia yang mempunyai periode musim hujan selama lebih kurang enam bulan menyebabkan curah hujan yang cukup tinggi.

Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Bagian lain yang merupakan kelebihan akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, kemudian mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan akhirnya ke laut. Tidak semua butir air yang mengalir akan tiba ke laut. Dalam perjalanan ke laut sebagian akan menguap dan kembali ke udara. Sebagian air yang masuk ke dalam tanah keluar kembali ke sungai-sungai (disebut aliran intra). Tetapi sebagian besar akan tersimpan sebagai air tanah (groundwater) yang akan keluar sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama ke permukaan tanah di daerah-daerah yang rendah yang disebut dengan limpasan air tanah.




IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:

1.      Limpasan yang terbesar pada ulangan ke 3 dengan jumlah limpasan 8218 ml, sedangkan limpasan terkecil pada ulangan ke 1 dengan jumlah limpasan 1380 ml.
2.      Perbedaan data pada keempat kelas dapat dikarenakan perbedaan praktikan yang melakukan simulasi hujan.
3.      Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap bagian air hujan antara lain adalah topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan atau penutup lahan.
4.      Berdasarkan data yang didapat maka terjadinya limpasan ditentukan oleh faktor kelebatan hujan, yakni besaran hujan yang tercurah dalam satuan waktu.



DAFTAR PUSTAKA

Yelza, Merry et al. 2010. Pengaruh perubahan tata guna laha terhadap debit limpasan drainase di Kota Bukittinggi. Magister Pengelolaan Sumber Daya Air - Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Khhasanah, Ni’matul et al. 2004. Simulasi Limpasan Permukaan dan Kehilangan Tanah pada Berbagai Umur Kebun Kopi : Studi Kasus Di Sumber Jaya Lampung Barat. Agrivita vol. 26 no.1.  Hal 81-90.

Sari, Santi. 2010. Studi limpasan permukaan spasial akibat perubahan penggunaan lahan (menggunakan model Kinneros). Magister Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.

Ditulis Oleh : Unknown ~Balconystair

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul Menghitung Limpasan Hujan yang ditulis oleh Balconystair Jika Anda menyukai artikel ini, silakan klik like atau tombol g+, Anda diperbolehkan mengcopy paste artikel ini dengan catatan mencantumkan sumbernya. Terima Kasih dan sering-sering mampir, ya.. :) Salam Blogger!!

Blog, Updated at: 9:12 pm

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.


Popular Posts

Balconystair. Powered by Blogger.