PENGUKURAN KADAR AIR BENIH

Written By Unknown on 04/07/2013 | 7:35 pm



(Laporan Praktikum Teknologi Benih)


I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang   

Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung di dalam benih. Pengukurannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung, dan cara tidak langsung. Pengukuran dengan cara langsung yaitu dengan menguapkan seluruh air yang terkadung oleh benih. Penguapan itu biasa dilakukan menggunakan oven. Kadar air adalah selisih antara bobot benih sebelum dikeringkan (Bo) dan bobot benih setelah dikeringkan semua airnya (B1). Dengan demikian, kadar air (KA) dalam persen dapat dihitung dengan rumus:
 



Jika pembagi selisih bobot itu Bo maka kadar air dihitung berdasarkan bobot basah, dan jika pembagi selisih bobot itu adalah B1 maka kadar air dihitung berdasarkan bobot kering. Hasil perhitungan dari kedua dasar itu berbeda. Tentu saja yang berdasarkan bobot kering akan menunjukkan lebih besar daripada yang berdasarkan bobot basah. Oleh sebab itu, penyajian angka kadar air harus diberi keterangan tentang dasar perhitungan yang digunakan, apakah berdasarkan bobot basah atau bobot kering.

Pengukuran kadar air benih dengan cara tak langsung adalah pengukuran kadar air menggunakan alat pengukur kadar air elektronik, misalnya dengan moister tester tipe Steinlite. Dengan alat pengukur kadar air, kita mengetahui kadar air benih tidak langsung mengukur jumlah air yang terkandung benih, tetapi melalui nilai setaraan antara daya hantar listrik benih akibat adanya air di dalamnya. Jika alat ukurnya bekerja dengan baik, maka hasil pengukuran kadar air dari kedua cara itu tidak berbeda.




B. Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari cara mengukur kadar air benih dengan cara langsung dan cara tidak langsung.




II  TINJAUAN PUSTAKA



Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih  (Roesli, 1994).


Padi merupakan benih ortodok dimana untuk penyimpanannya membutuhkan kadar air yang sedikit. Jika kadar air suatu benih tinggi maka benih tersebur tidak akan tahan lama jika disimpan. Pada kadar air 5 – 14 % setiap peningkatan 1 % kadar air benih daya simpan akan turun 2 kali, dan jika kadar air melebihi 14 % maka benih tersebut akan terserang jamur. (Harrington 1972).



Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 1984).



Uji kadar air benih dilakukan untuk menyediakan benih dengan melakukan analisis mutu benih secara konvensional yang dilakukan oleh laboratorium pengujian benih terutama dalam rangka menyediakan benih yang bersertifikasi.  Uji ini diperlukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam benih tersebut.  Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui untuk tujuan pengolahan maupun penyimpanan benih (Mugnisjah, 1994).






 II  METODE PERCOBAAN




A. Alat dan Bahan


Bahan yang diukur kadar airnya adalah benih kedelai dan benih jagung. Peralatan yang diperlukan adalah oven, timbangan halus, pengukur kadar air elektrik Tipe Steinlite, kertas, dan alat tulis.


B. Cara Kerja


1. Pengukuran kadar air benih secara langsung.
  • Benih kedelai dan jagung masing-masing 10 butir ditimbang, dan dicatat bobot basahnya (bo).
  • Kemudian, semuanya dimasukkan dalam oven. Suhu oven dipasang pada 105o C. Pengovenan dilakukan selama 24 jam. 
  • Benih dikeluarkan dari oven, setelah 24 jam dioven, dan ditimbang lagi untuk mendapatkan bobot keringnya (b1). 
  • Hitunglah kadar airnya berdasarkan bobot basah dan berdasarkan bobot kering.
  • Pengukuran dilakukan dengan tiga ulangan.

2. Pengukuran kadar air benih secara tidak langsung
  • Benih jagung dan kedelai disiapkan masing-masing 100 gram, dan dibuat masing-masing untuk 3 ulangan.
  • Siapkan alat pengukur kadar air tipe Steinlite dan tipe Dolly, pelajari cara
    penggunaannya.
  • Ukurlah kadar air setiap jenis benih itu menggunakan alat ukur kadar air itu sesuai
    dengan cara penggunaannya.
  • Catatlah hasil pengukuran kadar air dengan masingmasing alat ukur itu.



III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Pengamatan 

Tabel 1. Hasil pengukuran kadar air benih.


Pengamatan
Cara langsung (g)
Cara tidak langsung (%)
B0 (g)
B1 (g)
KA (%)
Ulangan 1
3
2,60
13,3
14,9
Ulangan 2
3
2,63
12,3
14,9
Ulangan 3
3
2,64
12,0
14,5
Ulangan 4
3
2,62
12,7
15,0
Ulangan 5
3
2,62
12,7
14,8
Ulangan 6
3
2,60
13,3
14,5
Ulangan 7
3
2,62
12,7
14,5
Rata-rata
3
2,62
12,7
14,7


B. Pembahasan 

Pada praktikum kali ini, kami mengukur kadar air secara langsung dan tidak langsung sebanyak 7 kali ulangan. Pada pengukuran kadar air secara langsung, didapat rata-rata kadar air 12,7 %. Sementara itu pengukuran kadar air secara tida langsung didapatkan kadar rata-rata kadar air 14,7 %. Dari kedua cara tersebut dapat kita lihat bahwa pengukuran kadar air secara tidak langsung memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengukuran secara langsung.



Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengamatan maupun penyimpanan benih. Kadar air benih adalah jumlah air yang terkandung  di dalam benih. Kadar air adalah selisih antara bobot benih sebelum dikeringkan (B0) dan bobot benih setelah dikeringkan semua airnya. Untuk mengetahui kadar air benih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara langsung dan dengan cara tidak langsung. Kadar air benih selama penyimpanan merupakan faktor yang paling mempengaruhi masa hidupnya. Meski sangat penting artinya untuk menurunkan kadar air benih hingga ke tingkat yang aman untuk disimpan, namun bila kadar air benihnya terlalu kering juga dapat membahayakan benihnya. Benih yang sangat kering sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukaan sampingan lainnya. Kerusakan seperti itu dapat mengakibatkan bagian penting benih mengalami pecah-pecah atau retak pada bagian penting biji sehingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan yang dapat menurunkan daya simpannya.



Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyerapan dan pertahanan uap air oleh benih serta pengaruhnya terhadap benih. Yaitu ketebalan, struktur dan komposisi kimia kulit benih jelas mempengaruhi laju penyerapan dan penahanan uap air oleh benih; kulit benih yang keras menghalangi penyerapan air secara total.



Makin tinggi kandungan air benih, makin tidak tahan benih tersebut untuk dapat disimpan lama. Hal ini sesuai dengan kaidah Harrington yang pertama (1959, dalam Harrington, 1972) yang mengatakan bahwa untuk setiap kenaikan 1% dari kandungan iar benih maka umur benih akan manjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih diantara 5 dan 14 %. Karena di bawah dari 5% kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasi lipid di dalam benih. Sedangkan di atas 14 %, akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih.



Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air yang tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran. Hal ini bisa dijelaskan mengingat sifat biji yang higroskopis, biji sangat mudah menyerap uap air dari udara di sekitarnya. Biji akan menyerap atau mengeluarkan zat air sampai kandungan airnya seimbang dengan udara disekitarnya. Kandungan air yang tinggi akan meningkatkan kegiatan enzim-enzim yang mana akan mempercepat terjadunya proses respirasi sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam biji menjadi makin besar. Akhirnya benih akan kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringannya yang terpenting (meristem).



Kadar air juga dapat berpengaruh pada kemunduran benih untuk tumbuh. Apabila kadar air yang dikandung benih tinggi maka daya tumbuh benih tersebut juga tinggi. Dan apabila kadar air yang terkandung rendah maka daya tumbuh benih tersebut juga rendah.



Pengukuran kadar air benih dengan cara tak langsung adalah pengukuran kadar air menggunakan alat pengukur kadar air elektronik, misalnya dengan moister tester tipe Steinlite. Dengan alat pengukur kadar air, kita mengetahui kadar air benih tidak langsung mengukur jumlah air yang terkandung benih, tetapi melalui nilai setaraan antara daya hantar listrik benih akibat adanya air di dalamnya. Jika alat ukurnya bekerja dengan baik, maka hasil pengukuran kadar air dari kedua cara itu tidak berbeda.



Pengukuran dengan cara langsung yaitu dengan menguapkan seluruh air yang terkadung oleh benih. Penguapan itu biasa dilakukan menggunakan oven. Kadar air adalah selisih antara bobot benih sebelum dikeringkan (Bo) dan bobot benih setelah dikeringkan semua airnya (B1).




IV. KESIMPULAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Pengukuran kadar air secara tidak langsung memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengukuran secara langsung.
  2. Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu.
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air benih adalah ketebalan struktur dan komposisi kimia kulit benih.
  4. Apabila kadar air yang dikandung benih tinggi maka daya tumbuh benih tersebut juga tinggi.
  5. Viabilitas dari benih yang disimpan dengan kandungan air yang tinggi akan cepat sekali mengalami kemunduran.
  6. Prinsip pengukuran kadar air benih secara tidak langsung adalah melalui nilai setaraan antara daya hantar listrik benih akibat adanya air di dalamnya.
  7. Prinsip pengukuran dengan cara langsung yaitu dengan menguapkan seluruh air yang terkadung oleh benih.



DAFTAR PUSTAKA


Harington. 1972. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta. PT Grasindo.


Mugnisjah, W.Q. dkk. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.



Roesli, Rennie. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.



Sutopo, Lita. 1993.  Teknologi Benih. Jakarta. Rajawali Press.







Ditulis Oleh : Unknown ~Balconystair

Muh.Akram Anda sedang membaca artikel berjudul PENGUKURAN KADAR AIR BENIH yang ditulis oleh Balconystair Jika Anda menyukai artikel ini, silakan klik like atau tombol g+, Anda diperbolehkan mengcopy paste artikel ini dengan catatan mencantumkan sumbernya. Terima Kasih dan sering-sering mampir, ya.. :) Salam Blogger!!

Blog, Updated at: 7:35 pm

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas kujungan anda. Komentar anda akan sangat bermanfaat untuk kemajuan blog ini.

Powered by Blogger.